Jumat, 16 Juli 2010 22:15
Markus Haluk: Freeport Pembohongan Public
Pembentukan Tim Investigasi Uranium Jangan Jadi Lahan Proyek
JAYAPURA—Mencuatnya dugaan produksi ‘uranium illegal’ yang dilakukan PT Freeport Indonesia, ternyata sebelumnya sudah tercium pihak Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua. Hanya saja selama ini Freeport tidak mau terbuka, namun justru melakukan pembohongan public. Hal itu seperti diungkapkan Ketua Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Markus Haluk. Dikatakan, dugaan PTFI melakukan penambangan uranium sebenarnya pihaknya sudah mengetahui jauh hari sebelumnya. Tapi mesti di pakai alat ukur yang sama untuk melihat benarkah PTFI menambang uranium. “Sesuai dengan data yang ada pada kami sudah lama PTFI produksi uranium,” tukasnya.
Menurutnya, selama ini PTFI melakukan pembohongan publik. Pemerintah Indonesia ditipu tapi pemerintah Indonesia menganggap lebih hebat. Pasalnya, sejak tahun 1980-an PTFI memproduksi emas, tapi pemerintah baru tahu 1990-1n.
“10 tahun setelah produksi emas baru mereka tahu. Hal yang sama terjadi kini dunia sudah lama memproduksi uranium, tapi mungkin baru sekarang kita kaget bahwa dia produksi uranium. Kami punya foto dan data tentang itu banyak logam ikutan yang lain yang selalu diproduksi PTFI, tapi pemerintah ini kan boneka Amerika Serikat. Jadi ya sudah mau memproduksi apakah yang penting pemerintah dapat setoran dari PTFI. Pemerintah bisa dibayar dengan uang jadi terima saja apa yang dilakukan PTFI,”katanya.
Dikatakannya, soal Tim Investigasi PTFI rencananya dibentuk DPRP pihaknya pesimis bisa memberikan hasil maksimal, pasalnya, sebelumnya DPRP telah membentuk Tim ketika pihaknya mendorong aspirasi tutup PTFI tahun 2006. Selanjutnya, pada Februari 2007 pihaknya menggelar demo sembari menginap di DPRP. Akhirnya, DPRP membentuk Pansus dengan alokasi dana senilai Rp 20 miliar lebih.
Namun demikian, tambahnya, dana tersebut habis dikorupsi. Jadi kalau DPRP bentuk lagi Pansus PTFI tak bedanya melakukan korupsi untuk mencari proyek demi kepentingan DPRP.
Bahkan saat itu DPRP mendorong sampai Profesor Sumarlin mantan Menkeu di zaman Orba dan Profesor Victor Purba telah melakukan penelitian di PTFI serta sudah menemukan hasilnya. Tapi ketika ingin diumumkan Gubernur Papua Barnabas Suebu SH membelokkan itu sesuai kepentingannya. “Suebu melihat ini sapi perah yang susunya mesti dinikmati Suebu Cs, karena itu jangan ditutup ini lingkaran pembohongan public,” tegasnya.
“Yang lalu kepentingan proyeknya diterima oleh Pansus PTFI kemudian lebih besarnya diterima susu oleh Suebu sekarang susunya siapa yang mau diperas. Jadi DPRP setiap persoalan yang mau didorong tak pernah konsisten atau tak pernah sampai tuntas Jadi Pansus Pansus ini dianggap sebagai income. Mana ada hasil yang benar dari Pansus nuntuk masyarakat.”
Dia menambahkan, benar PTFI memproduksi uranium dan pemerintah juga mengetahuinya, tapi pura pura tak tahu. “Kalau dia tegas ancamamnya disintegrasi bangsa . Nanti takutnya Amerika Serikat dukung Papua merdeka. Jadi PTFI adalah harga pertahanan terakhir antara Papua dan pemerintan Indonesia,” tandasnya.
Menurutnya, apabila pemerintah Indonesia mengkritik PTFI takut Amerika Serikat dukung Papua merdeka, tapi kalau Amerika Serikat dukung pemerintah nanti rakyat Papua bingung. Jadi semua ini rakyat Papua yang terus dikorbankan.
“PTFI itu sejarahnya kan dibangun untuk kepentingan ekonomi negara negara asing . Papua diambil masuk kedalam NKRI bukan karena orang Papua yang dimaui oleh mereka tapi karena di Papua ada ladang emas.
Sementara itu, Anggota Komisi C DPRP Yan Mandenas S.Sos kepada Bintang Papua di Press Romm DPRP, Jayapura, Jumat (16/7) meminta manajemen PTFI supaya membuka diri, baik kepada DPRP maupun pemerintah pusat untuk melakukan investigasi dengan melibatkan tim ahli untuk mengambil sampel sebagai bahan untuk uji labolatorium, baik ahli atom maupun ahli geologi tambang.
“Kami rencana mengundang tim ahli dari ITB maupun UPN Yogyakarta sehingga mereka ini tentunya lebih mengetahui lebih mendalam dan lebih memahami soal uranium, karena informasi ini sudah beredar sekilan lama tapi kita baru saja buka walaupun onformasi lisan tapi tentunya masyarakat tak mungkin konsumsi informasi lisan tanpa informasi yang berkembang dari orang dalam PTFI,” tukasnya sengit.
Menurutnya, pihaknya ingin selidiki dengan baik karena apabila hal ini terjadi maka merugikan negara dari sisi pendapatan.Pasalnya, APBN dari hasil produksi PTFI Rp 200 triliun pertahun. “Yang kita dapat itu kurang lebih Rp 8 triliun untuk APBN. Papua kurang lebih Rp 30 miliar yang dimasukan dalam mata anggaran APBD 2009,” tandasnya.
Karena itu, lanjutnya, pihaknya mendesak pemerintah pusat meninjau kembali Kontrak Karya antara PTFI dan pemerintah Indonesia serta menelusuri masalah yang ada sehingga kalau masalah ini benar benar terjadi PTFI harus diberi sanksi dari pemerintah pusat.
Dia menjelaskan, pemerintah pusat dalam hal ini langsung dibawah presiden bisa memanggil manajemen PTFI sekaligus memback-up, sehingga informasi ini bisa terlaksana dengan baik dalam rangka investigasi lapangan.
“Tahap pertama DPRP turun investigasi lapangan. Sedangkan tahap II pemerintah pusat turun terlibat untuk memperoleh informasi akurat secara langsung di lapangan,” katanya.
Ketika ditanya Tim investigasi sudah terbentuk, dia mengatakan, pihaknya sedang susun Tim Investigasi PTFI yang melibatkan gabungan beberapa komisi di DPRP yang membidangi bidang terkait dan pimpinan DPRP yang akan terlibat secara langsung untuk investigasi ke PTFI. (mdc)
0 komentar to "Markus Haluk: Freeport Pembohongan Public"