Rabu, 01 September 2010 16:42
John Ibo Nilai Presiden SBY Lambat
Soal Rencana Evaluasi Otsus Papua
JAYAPURA—Rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengevaluasi pelaksanaan Otsus Papua secara menyeluruh, tidak terlalu ‘menggoda’ Ketua DPRP Drs John Ibo MM dan Ketua MRP Agus A ALua. Justru Ketua DPRP Drs. John Ibo MM menegaskan, rencana Presiden SBY melakukan evaluasi Otsus Papua pasca Ramadhan dinilai terlambat.Pasalnya, UU No 21 Tahun 2001 atau UU Otsus telah mengamanatkan Otsus Papua mesti dievaluasi setiap 3 bulan. Pada tahun 2005 DPRP telah melakukan evaluasi Otsus. Walaupun terlambat tak ada satupun utusan pemerintah pusat yang hadir.
“Jadi evaluasi itu diisyaratkan oleh aturan, tapi adakah pelaksana pemerintahan negara ini memperhatikan hal itu supaya konsekwen ketika Papua melakukan tahun 2005 evaluasi Otsus pemerintah pusat yang diundang tak satupun hadir,” tukas Ibo usai menerima kunjungan Dubes Singapura Mr Askok Mirpuri diruang kerjanya, Rabu (1/9) kemarin.
Namun demikian, tukas Ibo, evaluasi Otsus sangat penting agar pemerintah pusat juga ikut mengetahui tentang perkembangan Otsus, serta seluruhnya bisa transparan dalam pelaksanaan UU Otsus. “Apabila Otsus dievaluasi antara pihak Papua dan pihak pemerintah pusat nanti akan kelihatan siapa yang sungguh dan siapa tak bersungguh sungguh melaksanakan Otsus,” tutur Ibo.
Menurut Ibo, Otsus yang rakyat anggap gagal. Tapi pemerintah pusat masih mau melaksanakan Otsus nanti pembuktiannya akan terjadi pada pertemuan yang telah dirancang DPRP pada pekan ketiga Oktober mendatang yang dihadiri DPRP, MRP serta DPRD Provinsi Papua Barat.
Ditanya mana yang difokuskan rekonstruksi atau revisi Otsus, menurut Ibo, rekonstruksi mengandung makna penguatan. Penguatan itu adalah regulasi yang sekarang ini berjalan. “Dia instruksikan dulu kepada kami dan kami melaksanakan. Ada peraturan pemerintah atau perundang undangan yang belum diturunkan kepada kami dalam pelaksanaan Otsus,” tukasnya.
Selama perjalanan Otsus selama kurang lebih 9 tahun, lanjut Ibo, pihaknya selalu ditekan dan dicurigai dengan kecurigaan politik, stigma stigma dilemparkan yang tak perlu terjadi sama seperti Ketua DPRP dalam kasus Rp 5,2 miliar bukan kasus itu saja yang dibicarakan tapi bicara tentang masalah politik.
“Kalau masalah politik ada sama Ketua DPRP mari kita transparan dalam soal apa. Jangan menakut nakuti kita sama negara ini punya kita jangan karena kita ini orang Papua anggap kita ini mau merdeka tidak demi sumpah janji jabatan kami pembela Indonesia,” ungkapnya.
Kerena itu, tambahnya, kalau ia dicurigai terlibat politik tolong terangkan secara transparan dan jangan main sembunyi sembunyi. Klau dirinya ada dalam pelanggaran politik tolong sampaikan supaya ia tahu posisi. “Jangan main saya pejuang Otsus. Berkali kali rakyat membentur saya dengan Otsus. Kalau saya bicara Otsus saya bicara UU RI. Apalagi yang mau dicurigai,” tukasnya.
“Stigmasisasi OPM yang kita anggap cerita kuno yang tak ada artinya tak mampan untuk di Papua. Kalau bicara politik bicara yang benar. Pertumbuhan demokrasi mari kita bicara sama sama seperti apa di Papua karena saya tokoh tak boleh melahirkan stigmatisasi OPM di Papua.”
Dia mengatakan, DPRP sampai menggelar aksi unjukrasa di Depdagri karena melihat tak ada keseriusan pemerintah pusat tak menjalankan Otsus secara konsekwen. “Kalau kita mau bicara kecurigaan politik mari transparan jangan main tertutup. Saya gentle bicara politik. Tentang merdeka kita bicara siap imbas imbas merdeka saya atau pemerintah pusat,” tandasnya.
Ketua MRP Agus Alue Alua, mengatakan, rencana evaluasi Otsus oleh prediden hanya suatu pandangannya atau sebagai cara atau bisa dikatakan alat bukti bahwa masalah Otsus ada intervensi Pemerintah sebagai bentuk adanya aspirasi rakyat Papua yang menilai Otsus gagal total dan reaksi yang ditunjukkan itu dengan mengembalikan Otsus pada 12 Agustus 2005 ke DPRP.
Menurutnya, penilaian terhadap gagalnya Otsus di Papua dari empat masalah substansial yakni, Pendidikan, kesehatan, ekonomi dan Infrastruktur Daerah, itu memang benar dan tidak salah, namun masalah gagalnya otsus yang sesungguhnya diartikan Pemerintah adalah bukan Otsus yang diharapkan mampu menganggat harkat, martabat dan harga diri orang asli Papua yang semakin hari tergeser dan terancam eksistensi hidupnya di Atas Tanahnya sendiri.
Otsus yang dinilai sebagai banyaknya uang yang masuk di Papua dengan segala kebijakan yang ditetapkan, sebenarnya justru telah menghancurkan mereka, jadi masalah Otsus bukan soal uang, tetapi hak hidup orang Papua dimana, dia diberikan kesempatan, ruang untuk diberdayakan, ada keberpihakan dalam struktur struktur kebijakan Politik, “ Saya kira bentuk terjemahan otsus seperti itulah yang sesungguhnya diharapkan semua orang Papua, dan bentuk keberpihakan secara khusus ini tidak dipahami Pemerintah sampai sekarang, jadi kalau mau Otsus dievaluasi, itu pandangan Presiden yang baik sebagai cara untuk menjawab,” terangnya.
“Tapi sekali lagi bukan pendapat Akhir Presiden, sehingga kalaupun Otsus dievaluasi, rakyat harus dilibatkan karena masalah gagal ataupun evaluasi itu adalah masalah antara rakyat Papua dan Pemerintah, bukan campur tangan pihak ketiga, melainkan keterlibatan akademisi didalam evaluasi sangat dibutuhkan,”tambahnya.
Dekan Fisip Uncen, Derk Vebluum berpendapat masalah evaluasi otsus yang tengah gencar dibicarakan di media serta adanya niat Presiden SBY melakukan Evaluasi terhadap pelaksanaan Otsus di Papua, dirasa wajar saja sebagai kepala Negara dan dirinya sebagai akademisi berpendapat belum terlambat untuk otsus dievaluasi sebab masalahnya akan semakin rumit bila tidak ada upaya untuk melakukan evaluasi.
Selanjutnya penilaian terhadap capaian Otsus dalam empat aspek yakni pendidikan, kesehatan, ekonomi dan infrastruktur belum ada indicator yanag dapat mengukurnya, contoh konkrit yang menerangkan hal itu pada pemberdayaan ekonomi masyarakat asli Papua dengan memperjuangkan adanya pasar bagi mama mama papua yang menurutnya hingga kini tidak ada realisasinya, sehingga kalau ada suara dari Presiden untuk segera mengevaluasi Otsus maka bentuk evaluasi yang internal Pemerintah dirasa tidak affair sebab sarat penyimpangan.
Oleh sebab itu evaluasi hendaklah melibatkan unsur perguruan tinggi, Eksekutif dan DPRP, MRP serta masyarakat. (mdc/ven)
http://bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7050:john-ibo-nilai-presiden-sby-lambat&catid=25:headline&Itemid=96
0 komentar to "John Ibo Nilai Presiden SBY Lambat"