Minggu, 05 September 2010 18:05
Saat – Saat Terakhir Keluarga Drs. E. Fonataba, MM di Kabupaten Sarmi (Bagian 2/habis)
Selamat Jalan, Bapak Berbudi !
15 jam mengharukan dilalui oleh Drs. E. Fonataba, MM bersama keluarganya sepanjang jalan Sarmi – Jayapura yang lazimnya bisa ditempuh hanya dengan 6 jam saja, pagar betis rakyat mulai dari orang tua, remaja, anak – anak berbaju maupun tidak berbaju seakan berebut tidak ingin kehilangan moment terakhir kalinya mengucapkan selamat jalan Bapak Berbudi, julukan yang diberikan lewat lagu oleh masyarakat Betaf kepada sosok Drs. E. Fonataba, MM, dari pagi hingga malam hari.Oleh : Walhamri Wahid
“Bapak harus singgah ...... harus singgah ....... makan suguhan terakhir dari kami, karena ini saja yang bisa kami berikan sebagai tanda terima kasih!, celetuk seorang ibu kepada rombongan Bupati yang tiba di Kampung Yamna baru yang diamini oleh seluruh warga lainnya, dan akhirnya rombongan Bupati pun berbelok ke halaman Balai Kampung di bawah sebuah pohon sukun menanti deretan makanan asli masyarakat berupa bete, singkong rebus, pisang bakar, dan sagu kering semuanya makanan kegemaran E. Fonataba yang sudah dihapal oleh masyarakat.
Hampir semua masyarakat memiliki kenangan yang mendalam dengan sosok E. Fonataba, apalagi masyarakat Distrik Pantai Timur, karena sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Kadistrik di daerah tersebut, tinggal bersama istri dan dua anaknya yang kini sudah dewasa bahkan berkeluarga yakni Erik Fonataba yang bekerja di Dinas PU Provinsi dan Edwin Fonataba yang menjadi anggota DPRD Kota Jayapura.
“aduuh, ...... anak ! kenapa ko` baru muncul setelah Bapak mau turun, Mama rindu sekali dengan kamu dua yang sudah besar sekarang !”, rintih seorang ibu tua sambil memeluk Erik Fonataba dan Edwin bergantian.
Di tengah deraian air mata, masyarakat bersama – sama Bupati dan keluarga menikmati hidangan yang disediakan hari itu dengan diiringi lagu – lagu ciptaan masyarakat sendiri berisi ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada E. Fonataba, lagu – lagu yang dibawakan dengan lirik sederhana dan polos apa adanya benar – benar menyentuh hati E. Fonataba sehingga ia-pun dibuat menangis terharu bersama – sama dengan masyarakat.
“Lima tahun Bapak melayani kami di Sarmi ........ tanpa cape` siang dan malam Bapak ...... sampai sekarang Bapak mau pulang tinggalkan kami .........”, lirik yang dibawakan penuh perasaan dengan iringan air mata dan pandangan menerawang masa – masa sulit membuat suasana benar – benar mengharu biru.
Usai masyarakat memanjatkan doa khusus kepada keluarga itu, perjalanan dilanjutkan kembali, dari depan pintu rumah rakyat yang sudah dibangun, anak – anak kecil bersama ibu mereka melambaikan tangan.
Di batas kampung mendekati Betaf Ibukota Distrik Pantai Timur, segerombolan masyarakat sudah menanti Bupati dan keluarga beserta rombongan mobil dan motor yang bertambah panjang, karena masyarakat di kampung – kampung yang dilalui ikut dalam antrian dan turut mengantarkan.
“Selamat jalan Bapak berbudi ...... Belum Sempat kami membalas mu, ......... mengapa engkau tega meninggalkan kami !”, lagu tersebut terus dinyanyikan masyarakat berulang – ulang sembari mengusap air mata mereka yang tidak berhenti menetes sambil memeluk erat dan mencium seluruh keluarga Fonataba berulang – ulang seakan tidak ingin melepaskan mereka.
Prosesi tersebut didahului dengan menghamburkan bunga – bunga kepada Bupati dan istrinya begitu turun dari mobil, dan akhirnya seluruh masyarakat kampung mengarak mereka ke dalam gereja untuk melakukan ibadah singkat dimana seluruh masyarakat Betaf memanjatkan doa syukur dan terima kasih kepada Tuhan karena telah mengirimkan mereka pemimpin yang benar – benar mencintai rakyatnya.
Keluar dari gereja, kelompok masyarakat lainnya langsung menyambut dan mengarak Bupati dan keluarganya ke rumah Ondoafi yang berjarak sekitar 500 meter dari gereja untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan, sambutan masyarakat lebih luar biasa, saking tak kuat menahan keharuan terlihat beberapa kali Ny. Amelia harus dibopong oleh kedua anaknya Esti dan Edmund supaya bisa berjalan, karena semua masyarakat berebut ingin memeluk dan mencium keduanya.
Peristiwa demi peristiwa mengharukan tersebut terus dialami oleh keluarga E. Fonataba, setelah dari betaf lanjut ke Kampung Ansudu, Biri II, Anus, Podena, sampai ke Distrik Bonggo dan Bonggo Timur, dimana hingga malam hari masyarakat di kedua distrik tersebut yang paling akhir melepas kepulangan Bupati Sarmi Drs. E. Fonataba, MM ke Jayapura.
“kami masih membutuhkan Bapak ........ kami tidak ingin Bapak pergi ! ......” seru masyarakat Tetom Jaya yang sedari pagi berdiri di tepi jalan dengan memajang spanduk besar melepas pemimpin mereka.
Hingga malam hari, terakhir rombongan keluar dari Kampung Kapitiau perlahan rombongan bertolak ke Jayapura, dan akhirnya tiba di Jayapura sekitar pukul 12.00 WIT, ada kepuasan, ada kesedihan, namun semua bermuara pada satu ucapan syukur atas apa yang sudah Tuhan persembahkan kepada masyarakat Sarmi, seperti janjinya, barang siapa yang mengutamakan Tuhan niscaya Tuhan akan memenuhi semua kebutuhannya, dan kebutuhan masyarakat akan pemimpin yang benar – benar merakyat dan penuh dengan cinta kasih telah ditunjukkan oleh sosok Drs. E. Fonataba, MM.
Andai saja pasir, dahan, dan pepohonan bisa bicara, mereka juga pasti akan berseru dan menangis melepaskan kepergian sosok yang dengan setia melewati tugas – tugas beratnya di Kabupaten Sarmi, menjejak pasir, dan ombak laut serta dedahanan hijau hanya untuk melayani masyarakat, andai saja semua pemimpin kita di Papua bisa memberikan contoh seperti ini, mimpi akan Papua yang sejahtera bukan sekedar mimpi, tapi kenyataan seperti yang sudah ditunjukkan oleh Drs. E. Fonataba, MM di Sarmi.
“dulu saya tidak percaya kalau gunung dapat dipindahkan atau lautan dapat dikeringkan, setelah bertugas di Sarmi barulah saya mempercayai ungkapan itu, karena tidak ada yang tidak bisa kalau kita percaya dengan Tuhan”, kata – kata Fonataba dalam setiap kesempatan kepada rakyatnya.
Untuk kesungguhannya membuat yang tidak ada menjadi ada, yang tidak mampu menjadi mampu, yang lemah dikuatkan, yang salah dibetulkan dengan kasih sayang, pantaslah kiranya julukan yang diberikan masyarakat Betaf kepadanya “Bapak Berbudi Baik”, karena ia sudah mampu menunjukkan bagaimana Memimpin Dengan Hati. (habis)
http://www.bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7114:selamat-jalan-bapak-berbudi-&catid=25:headline&Itemid=96
0 komentar to "Selamat Jalan, Bapak Berbudi !"